Featured Post

Keluarga Bahagia dan Ikhlas Bahagia

بِسْــــــمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْم Betapa banyak orang yang kesepian di tengah hiruk pikuk keramaian bukan karena tak punya keluarga, sahabat atau handai taulan. Namun kurang baiknya hubungan dengan mereka, ada jarak, sekat hati yang memisahkan karena atas nama harga diri, ego, rasa malu ataupun individualisme yang dominan di kota-kota besar. Ada orang - orang shaleh yang namanya diabadikan dalam kitab suci. Allah memuliakan keluarga Imron dan keluarga Ibrahim, demikian pula 'ayah' Luqman bersama anak-anaknya dalam nasehat kebaikan yang terbaik.

Berbakti Terhadap Orang Tua

بِسْــــــمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْم

Berbakti Kepada Kedua Orang Tua

Sebagaimana dalam Firman Allah SWT : 

وَ اعْبُدُوا اللهَ وَ لاَ تُشْرِكُوْا بِه شَيْئًا وَّ بِاْلوالِدَيْنِ اِحْسَانًا. النساء:36 
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak. [QS. An-Nisaa' : 36

وَ قَضى رَبُّكَ اَلاَّ تَعْبُدُوْآ اِلاَّ اِيَّاهُ وَ بِاْلوالِدَيْنِ اِحْسَانًا، اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ اْلكِبَرَ اَحَدُهُمَا اَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُلْ لَّهُمَا اُفّ وَّلاَ تَنْهَرْ هُمَا وَ قُلْ لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيْمًا. وَ اخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَ قُلْ رَّبّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرًا. الاسراء:23-24 
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". [QS. Al-Israa' : 23-24]

وَ وَصَّيْنَا اْلاِنْسَانَ بِوالِدَيْهِ حُسْنًا، وَ اِنْ جَاهَدكَ لِتُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِه عِلْمٌ فَلاَ تُطِعْهُمَا، اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ. العنكبوت:8 
Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku lah kembalimu, lalu Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. [QS. Al-Ankabuut : 8

وَ وَصَّيْنَا اْلاِنْسَانَ بِوالِدَيْهِ اِحْسَانًا، حَمَلَتْهُ اُمُّه كُرْهًا وَّ وَضَعَتْهُ كُرْهًا، وَ حَمْلُه وَ فِصلُه ثَلثُوْنَ شَهْرًا. الاحقاف:15 
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. [QS. Al-Ahqaaf : 15

وَ وَصَّيْنَا اْلاِنْسَانَ بِوالِدَيْهِ، حَمَلَتْهُ اُمُّه وَهْنًا عَلى وَهْنٍ وَّ فِصلُه فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَ لِوالِدَيْكَ، اِلَيَّ اْلمَصِيْرُ. وَ اِنْ جَاهَدكَ عَلى اَنْ تُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِه عِلْمٌ فَلاَ تُطِعْهُمَا وَ صَاحِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا وَّ اتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ اَنَابَ اِلَيَّ، ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ. لقمان:14-15 
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan bergaullah dengan keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka Ku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. [QS. Luqman : 14-15

Hadits Nabi SAW : 

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ: قُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللهِ، اَيُّ اْلاَعْمَالِ اَقْرَبُ اِلىَ اْلجَنَّةِ؟ قَالَ: اَلصَّلاَةُ عَلَى مَوَاقِيْتِهَا. قُلْتُ: وَ مَا ذَا يَا نَبِيَّ اللهِ؟ قَالَ: بِرُّ اْلوَالِدَيْنِ. قُلْتُ: وَ مَا ذَا يَا نَبِيَّ اللهِ؟ قَالَ: َاْلجِهَادُ فِى سَبِيْلِ اللهِ. مسلم 1: 89 
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud, ia berkata : Aku bertanya, “Ya Nabiyallah, amal apakah yang paling dekat kepada surga?”. Beliau SAW bersabda, “Shalat pada waktunya”. Aku bertanya lagi, “Apa lagi ya Nabiyallah?”. Beliau SAW bersabda, “Berbhakti kepada kedua orang tua”. Aku bertanya lagi, “Apa lagi ya Nabiyallah?”. Beliau SAW bersabda, “Berjihad di jalan Allah”. [HR. Muslim juz 1, hal. 89] 

عَنْ اَبِى عَمْرِو الشَّيْبَانِيّ قَالَ: حَدَّثَنَا صَاحِبُ هذِهِ الدَّارِ وَ اَشَارَ اِلىَ دَارِ عَبْدِ اللهِ، قَالَ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ ص: اَيُّ اْلعَمَلِ اَحَبُّ اِلىَ اللهِ؟ قَالَ: اَلصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا. قَالَ: ثُمَّ اَيٌّ؟ قَالَ: بِرُّ اْلوَالِدَيْنِ. قَالَ: ثُمَّ اَيٌّ؟ قَالَ: َاْلجِهَادُ فِى سَبِيْلِ اللهِ. قَالَ: حَدَّثَنِى بِهِنَّ رَسُوْلُ اللهِ ص وَ لَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِى. البخارى 1: 134 
Dari Abu ‘Amr Asy-Syaibaniy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami orang yang mempunyai rumah ini, ia sambil menunjuk ke rumah ‘Abdullah (bin Mas’ud). ‘Abdullah bin Mas’ud pernah bertanya kepada Nabi SAW, “Amal apakah yang paling dicintai Allah?”. Nabi SAW menjawab, “Shalat pada waktunya”. Ia bertanya lagi, “Kemudian apa?”. Beliau SAW menjawab, “Berbhakti kepada kedua orang tua”. Ia bertanya lagi, “Kemudian apa?”. Beliau SAW bersabda, “Jihad di jalan Allah”. ‘Abdullah bin Mas’ud berkata, “Telah menceritakan kepadaku yang demikian itu, yaitu Rasulullah SAW. Seandainya aku minta ditambah lagi, tentu beliau akan menambah lagi kepadaku”. [HR. Bukhari juz 1, hal. 34] 

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو بْنِ اْلعَاصِ قَالَ: اَقْبَلَ رَجُلٌ اِلىَ نَبِيّ اللهِ ص فَقَالَ: اُبَايِعُكَ عَلَى اْلهِجْرَةِ وَ اْلجِهَادِ، اَبْتَغِى اْلاَجْرَ مِنَ اللهِ. قَالَ: فَهَلْ مِنْ وَالِدَيْكَ اَحَدٌ حَيٌّ؟ قَالَ: نَعَمْ، بَلْ كِلاَهُمَا. قَالَ: فَتَبْتَغِى اْلاَجْرَ مِنَ اللهِ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَارْجِعْ اِلىَ وَالِدَيْكَ، فَاَحْسِنْ صُحْبَتَهُمَا. مسلم 4: 1975 
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Aash, ia berkata : Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi Allah SAW, lalu berkata, “Saya berbai’at kepada engkau untuk berhjrah dan berjihad mencari pahala dari Allah”. Beliau SAW bertanya, “Apakah salah seorang diantara kedua orang tuamu masih hidup?”. Orang itu menjawab,“Ya, bahkan keduanya masih hidup”. Nabi SAW bertanya, “Apakah kamu akan mencari pahala dari Allah?”. Orang itu menjawab, “Ya”. Beliau SAW bersabda,“Kembalilah kepada kedua orang tuamu, dan berbhaktilah kepada keduanya”. [HR. Muslim juz 4, hal. 1975] 

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لاَ يَجْزِى وَلَدٌ وَالِدًا اِلاَّ اَنْ يَجـِدَهُ مَمْلُوْكًا فَيَشْتَرِيَهُ فَيُعْتِقَهُ. مسلم 2: 1148 
Dari Abu Hurairah ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Seorang anak tidak bisa membalas (kebaikan) orang tuanya, kecuali jika ia mendapatkan orang tuanya sebagai budak, lalu ia membelinya dan memerdekakannya”. [HR. Muslim juz 2, hal. 1148] 

عَنْ اَبِى اُمَامَةَ اَنَّ رَجُلاً قَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا حَقُّ اْلوَالِدَيْنِ عَلَى وَلَدِهِمَا؟ قَالَ: هُمَا جَنَّتُكَ وَ نَارُكَ. ابن ماجه 2: 1208 
Dari Abu Umamah, bahwasanya ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, apakah hak kedua orang tua atas anaknya?”. Beliau bersabda, “Pada keduanya terletak surgamu atau nerakamu”. [HR. Ibnu Majah juz 2, hal. 1208, dlaif, karena di dalam sanadnya ada perawi yang bernama ‘Ali bin Yazid] 

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ اَحَقُّ بِحُسْنِ الصُّحْبَةِ؟ قَالَ: اُمُّكَ، ثُمَّ اُمُّكَ، ثُمَّ اُمُّكَ، ثُمَّ اَبُوْكَ، ثُمَّ اَدْنَاكَ اَدْنَاكَ. مسلم 4: 1974 
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Ada seorang laki-laki bertanya (kepada Rasulullah SAW), “Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berhaq untuk saya santuni?”. Beliau SAW bersabda, “Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian bapakmu. Kemudian orang yang paling dekat denganmu, kemudian orang yang paling dekat denganmu”. [HR. Muslim juz 4, hal. 1974] 

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ اِلىَ رَسُوْلِ اللهِ ص فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ اَحَقُّ بِحُسْنِ صَحَابَتِى؟ قَالَ: اُمُّكَ. قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: اُمُّكَ. قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: اُمُّكَ. قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُمَّ اَبُوْكَ. البخارى 7: 69 
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW lalu bertanya, "Ya Rasulullah, siapakah orang yang lebih berhaq saya santuni dengan baik?". Rasulullah SAW bersabda, "Ibumu". Laki-laki itu bertanya lagi, "Kemudian siapa?". Beliau SAW menjawab, "Ibumu". Laki-laki itu bertanya lagi, "Kemudian siapa ?". Beliau menjawab, "Ibumu". Laki-laki itu bertanya lagi, "Kemudian siapa?". Jawab beliau, "Kemudian bapakmu". [HR. Bukhari juz 7, hal. 69] 

Keterangan : 
  • Walaupun di dalam hadits tersebut disebutkan "Ibumu" sampai tiga kali, kemudian baru "Bapakmu", hanya satu kali, ini tidak berarti ibu itu harus lebih diistimewakan daripada bapak. Bisa juga Nabi SAW menjawab demikian itu karena melihat kepada kejiwaan orang yang bertanya tadi, karena ia kurang memperhatikan kepada ibunya, maka oleh Nabi SAW ia dinasehati agar berbhakti kepada ibunya hingga tiga kali, baru kemudian kepada bapaknya, sebagaimana Nabi SAW juga pernah ditanya oleh seseorang, "Amal apakah yang paling baik dalam Islam, ya Rasulullah?". Jawab beliau, "Jangan marah". 
  • Di lain waktu Rasulullah SAW juga ditanya dengan pertanyaan yang sama oleh orang lain, "Amal apa yang paling baik dalam Islam, ya Rasulullah?". Jawab beliau, "Katakanlah ~Saya beriman kepada Allah~, kemudian istiqamahlah". 
  • Dari dua jawaban Nabi SAW tersebut bukan berarti Nabi SAW tidak tetap dalam menjawab, tetapi Nabi SAW dalam menjawabnya melihat kepada kejiwaan siapa yang dihadapinya itu, sehingga si pemarah dinasehati untuk menahan marahnya, dan orang yang kurang kuat pendiriannya diberi nasehat agar memperkuat keimanannya dan beristiqamah. 

Dan terbukti di dalam ayat-ayat Al-Qur'an selalu disebutkan : 

وَ بِاْلوالِدَيْنِ اِحْسَانًا 
"dan hendaklah berbhakti kepada kedua orang tua", tanpa membedakan antara ayah dan ibu. 

Dan lagi pula walaupun yang mengandung dan menyusui itu adalah ibu, namun ayah tidak kalah berat tanggungjawabnya, karena orang laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita dan keluarganya, sebagaimana firman Allah SWT : 

اَلرّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ اللهُ بَعْضَهُمْ عَلى بَعْضٍ وَّ بِمَا اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ. النسآء:34 
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain dan karena laki-laki telah menafkahkan sebagian dari harta mereka [QS. An-Nisaa' : 34

Dan juga firman Allah SWT : 

قُوْا اَنْفُسَكُمْ وَ اَهْلِيْكُمْ نَارًا 
.... peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka ..... [QS. Tahrim : 6

Ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa seorang laki-laki adalah bertanggung-jawab dalam memimpin dan mengarahkan istri dan anak-anaknya, oleh karena itu kewajiban berbhakti seorang anak kepada ayah maupun ibunya adalah sejajar. 

Wajib berbhakti kepada orang tua, meskipun keduanya belum Islam

عَنْ اَسْمَاءَ بِنْتِ اَبِى بَكْرٍ قَالَتْ: قَدِمَتْ عَلَيَّ اُمّى وَ هِيَ مُشْرِكَةٌ فِى عَهْدِ قُرَيْشٍ اِذْ عَاهَدَهُمْ. فَاسْتَفْتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص. فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَدِمَتْ عَلَيَّ اُمّيْ وَ هِيَ رَاغِبَةٌ، اَ فَاَصِلُ اُمّى؟ قَالَ:
نَعَمْ، صِلِى اُمَّكِ. مسلم 2: 696
Dari Asma' binti Abu Bakar, ia berkata, “Ibuku datang kepadaku sedang dia itu masih musyrik. Hal itu terjadi pada masa Nabi SAW mengadakan perjanjian dengan kaum Quraisy (tidak saling menyerang). Lalu saya meminta pertimbangan atau fatwa kepada Rasulullah SAW. Aku berkata, “Sesungguhnya ibuku datang kepadaku dengan mengharapkan kebhaktianku kepadanya. Maka apakah aku boleh berbuat baik kepadanya ?". Beliau SAW bersabda, “Ya, tetaplah kamu menyambung hubungan baik kepadanya". [HR. Muslim juz 2, hal. 696]

Berbhakti kepada kedua orang tua yang sudah meninggal dunia 

عَنْ اَبِى اُسَيْدٍ مَالِكِ بْنِ رَبِيْعَةَ قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ النَّبِيّ ص اِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِى سَلَمَةَ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَ بَقِيَ مِنْ بِرّ اَبَوَيَّ شَيْءٌ اَبَرُّهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا؟ قَالَ: نَعَمْ. اَلصَّلاَةُ عَلَيْهِمَا، وَ اْلاِسْتِغْفَارُ لَهُمَا، وَ اِيْفَاءٌ بِعُهُوْدِهِمَا مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِمَا، وَ اِكْرَامُ صَدِيْقِهِمَا، وَ صِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِى لاَ تُوْصَلُ اِلاَّ بِهِمَا. ابن ماجه 2: 1208 
Dari Abu Usaid Malik bin Rabi'ah, ia berkata : Pada waktu kami di sisi Nabi SAW, tiba-tiba datang kepada beliau seorang laki-laki dari Bani Salamah, lalu bertanya, "Ya Rasulullah, apakah masih ada kesempatan berbhakti kepada kedua orang tua saya yang bisa saya lakukan sesudah keduanya meninggal dunia ?". Beliau SAW menjawab, “Ya, masih ada. Yaitu menshalatkannya (mendoakannya), memohonkan ampunan bagi mereka berdua, menyempurnakan (melaksanakan) janji-janjinya sesudah mereka meninggal dunia, memulyakan shahabat-shahabat keduanya dan menyambung persaudaraan yang kamu tidak menyambungnya kecuali melalui keduanya". [HR. Ibnu Majah juz 2, hal. 1208] 

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِذَا مَاتَ اْلاِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ اِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ اِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ اَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ. مسلم 3: 1255 
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah amal-amalnya kecuali tiga hal. Yaitu : sedekah jariyah, atau ilmu yang dimanfa’atkan orang, atau anak shalih yang mendoakannya". [HR. Muslim juz 3, hal. 1255] 

Ridla Allah tergantung ridla kedua orang tua. 

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: رِضَاءُ اللهِ فِى رِضَاءِ اْلوَالِدِ وَ سَخَطُ اللهِ فِى سَخَطِ اْلوَالِدِ. ابن حبان 1: 237 
Dari 'Abdullah bin 'Amr, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Ridla Allah itu tergantung ridlanya orang tua dan kemarahan Allah itu tergantung kemarahan orang tua". [HR. Ibnu Hibban juz 1, hal. 237] 

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: رِضَا الرَّبّ فِى رِضَا اْلوَالِدِ وَ سَخَطُ الرَّبّ فِى سَخَطِ اْلوَالِدِ. الترمذى 3: 207 
Dari 'Abdullah bin 'Amr dari Nabi SAW beliau bersabda, “Ridla Tuhan tergantung ridla orang tua dan kemarahan Tuhan tergantunng kemarahan orang tua". [HR. Tirmidzi juz 3, hal. 207] 

Berbhakti kepada kedua orang tua akan membawa berkah. 

عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قاَلَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ سَرَّهُ اَنْ يُمَدَّ لَهُ فِى عُمْرِهِ وَ يُزَادَ لَهُ فِى رِزْقِهِ فَلْيَبَرَّ وَالِدَيْهِ وَ لْيَصِلْ رَحِمَهُ. احمد 4: 530، رقم 13812 
Dari Anas bin Malik, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa senang dipanjangkan umurnya dan ditambah rizqinya, maka hendaklah ia berbhakti kepada kedua orang tua dan menyambung shilatur rahim". [HR. Ahmad juz 4, hal. 530, no. 13812] 

عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قاَلَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ اَحَبَّ اَنْ يُمَدَّ لَهُ فِى عُمْرِهِ وَ اَنْ يُزَادَ لَهُ فِى رِزْقِهِ فَلْيَبَرَّ وَالِدَيْهِ وَ لْيَصِلْ رَحِمَهُ. احمد 4: 458، رقم 13400 
Dari Anas bin Malik, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa senang dipanjangkan umurnya dan ditambah rizqinya, maka hendaklah ia berbhakti kepada kedua orang tua dan menyambung shilatur rahim". [HR. Ahmad juz 4, hal. 458, no. 13400] 

عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذٍ عَنْ اَبِيْهِ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ بَرَّ وَالِدَيْهِ طُوْبَى لَهُ زَادَ اللهُ فِى عُمْرِهِ. الحاكم فى المستدرك 4: 170، و قال صحيح الاسناد 
Dari Sahl bin Mu’adz dari ayahnya RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang berbhakti kepada kedua orang tuanya maka sangat beruntunglah ia, (karena) Allah akan menambah umurnya". [HR. Hakim dalam Al-Mustadrak juz 4, hal. 170, ia mengatakan hadits ini shahih isnadnya]. 

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: رَغِمَ اَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ اَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ اَنْفُ. قِيْلَ: مَنْ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَنْ اَدْرَكَ اَبَوَيْهِ عِنْدَ اْلكِبَرِ اَحَدَهُمَا اَوْ كِلَيْهِمَا فَلَمْ يَدْخُلِ اْلجَنَّةَ. مسلم 4: 1978 
Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Sungguh sangat kasihan sekali, sungguh sangat kasihan sekali dan sungguh sangat kasihan sekali”. Ada shahabat yang bertanya, “Siapa ya Rasulullah ?”. Beliau SAW bersabda, “Orang yang mendapatkan orang tuanya, salah satunya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut, tetapi ia tidak masuk surga". [HR. Muslim juz 4, hal. 1978] 

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: عِفُّوْا عَنْ نِسَاءِ النَّاسِ تَعِفَّ نِسَاؤُكُمْ وَ بِرُّوْا آبَاءَكُمْ تَبِرَّكُمْ اَبْنَاؤُكُمْ وَ مَنْ اَتَاهُ اَخُوْهُ مُتَنَصّلاً فَلْيَقْبَلْ ذلِكَ مِنْهُ مُحِقًّا كَانَ اَوْ مُبْطِلاً فَاِنْ لَمْ يَفْعَلْ لَمْ يَرِدْ عَلَى اْلحَوْضِ. الحاكم فى المستدرك 4: 170، و قال صحيح الاسناد 
Dari Abu Hurairah RA ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Jagalah diri kalian dari para wanita, maka istri kalian pun terjaga pula. Dan berbhaktilah kepada orang tua kalian, maka anak-anak kalian akan berbhakti kepada kalian. Dan barangsiapa yang saudaranya datang kepadanya walaupun dia orang yang tidak baik, hendaklah ia segera menyambut kedatangannya, apakah ia berniat baik atau berniat buruk. Jika tidak mau menerimanya secara baik, maka orang itu tidak dapat mendatangi haudl (telaga Nabi pada hari qiyamat)". [HR. Hakim dalam Al-Mustadrak juz 4, hal. 170, dan ia mengatakan shahih isnadnya] 

عَنْ كَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اُحْضُرُوا اْلمِمْبَرَ. فَحَضَرْنَا. فَلَمَّا ارْتَقَى دَرَجَةً قَالَ: آمِيْنَ. فَلَمَّا ارْتَقَى الدَّرَجَةَ الثَّانِيَةَ قَالَ: آمِيْنَ. فَلَمَّا ارْتَقَى الدَّرَجَةَ الثَّالِثَةَ قَالَ: آمِيْنَ. فَلَمَّا نَزَلَ قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، لَقَدْ سَمِعْنَا مِنْكَ اْليَوْمَ شَيْئًا مَا كُنَّا نَسْمَعُهُ. قَالَ: اِنَّ جِبْرِيْلَ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَرَضَ لِى فَقَالَ: بُعْدًا لِمَنْ اَدْرَكَ رَمَضَانَ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ. قُلْتُ: آمِيْنَ، فَلَمَّا رَقِيْتُ الثَّانِيَةَ قَالَ: بُعْدًا لِمَنْ ذُكِرْتَ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلّ عَلَيْكَ، قُلْتُ: آمِيْنَ، فَلَمَّا رَقِيْتُ الثَّالِثَةَ قَالَ: بُعْدًا لِمَنْ اَدْرَكَ اَبَوَاهُ كِبَرُ عِنْدَهُ اَوْ اَحَدُهُمَا فَلَمْ يُدْخِلاَهُ اْلجَنَّةَ، قُلْتُ: آمِيْنَ. الحاكم، فى المستدرك 4: 170 و قال هذا حديث صحيح الاسناد 
Dari Ka’ab bin ‘Ujrah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Datanglah kalian ke mimbar”. Maka kami mendekat. Setelah beliau naik di tingkatan (tratakan) pertama, beliau mengucapkan, “Aamiin”. Dan ketika beliau naik di tingkatan yang kedua, beliau mengucapkan, “Aamiin”. Dan ketika beliau naik di tingkatan yang ketiga, beliau mengucapkan, “Aamiin”. Setelah beliau turun dari mimbar, kami bertanya, “Ya Rasulullah, sungguh pada hari ini kami mendengar sesuatu dari engkau yang kami belum pernah mendengarnya. Beliau SAW menjawab, “Sesungguhnya Jibril ASS memperlihatkan kepadaku, lalu berdoa : Semoga dijauhkan (dari rahmat Allah), orang yang mendapatkan bulan Ramadlan tetapi ia tidak mendapatkan ampunan, lalu aku mengucapkan, “Aamiin”. Kemudian ketika aku naik di tingkatan kedua, Jibril berdoa, “Semoga dijauhkan (dari rahmat Allah) bagi orang yang engkau disebut di sisinya, tetapi orang itu tidak bershalawat kepada engkau”. Maka aku mengucapkan “Aamiin”. Setelah aku naik di tingkatan yang ketiga, Jibril berdoa, “Semoga dijauhkan (dari rahmat Allah) orang yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya berusia lanjut dalam pemeliharaannya, namun keduanya tidak dapat memasukkannya ke surga”. Maka aku mengucapkan, “Aamiin”. [HR. Hakim dalam Al-Mustadrak juz 4, hal. 170, ia berkata : Hadits ini shahih sanadnya] 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رض قَالَ: اَتَى النَّبِيَّ ص رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اِنّى اَذْنَبْتُ ذَنْبًا كَثِيْرًا، فَهَلْ لِى مِنْ تَوْبَةٍ؟ قَالَ: اَ لَكَ وَالِدَانِ؟ قَالَ: لاَ. قَالَ: فَلَكَ خَالَةٌ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: فَبِرَّهَا اِذًا. الحاكم فى المستدرك 4: 171 
Dari Ibnu 'Umar RA, ia berkata : Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW lalu bertanya, “Ya Rasulullah, sesungguhnya saya telah melakukan dosa yang banyak. Apakah masih ada taubat bagi saya ?" Rasulullah SAW bersabda, “Apakah kamu masih mempunyai kedua orang tua ?". Ia menjawab, “Tidak". Beliau SAW bersabda, “Apakah kamu masih punya bibi (saudaranya ibu) ?". Ia menjawab, “Ya". Rasulullah SAW bersabda, “Kalau begitu berbhaktilah kepadanya". [HR. Hakim dalam Al-Mustadrak juz 4, hal. 171] 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ اَنَّ رَجُلاً اَتَى النَّبِيَّ ص فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اِنّى اَصَبْتُ ذَنْبًا عَظِيْمًا، فَهَلْ لِى تَوْبَةٌ؟ قَالَ: هَلْ لَكَ مِنْ اُمّ؟ قَالَ: لاَ. قَالَ: هَلْ لَكَ مِنْ خَالَةٍ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَبِرَّهَا. الترمذى 3: 209 
Dari Ibnu ‘Umar bahwasanya ada seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW lalu bertanya, “Ya Rasulullah, sesungguhnya saya telah melakukan dosa yang besar. Apakah masih ada taubat bagi saya ?” Rasulullah SAW bersabda, “Apakah kamu masih mempunyai ibu ?”. Ia menjawab, “Tidak”. Beliau SAW bersabda, “Apakah kamu masih punya bibi (saudaranya ibu)?”. Ia menjawab, “Ya”. Rasulullah SAW bersabda, “Berbhaktilah kepadanya". [HR. Tirmidzi juz 3, hal. 209] 

Berlaku lembut terhadap kedua orang tua adalah termasuk berbhakti. 

Firman Allah SWT : 

وَ قَضى رَبُّكَ اَلاَّ تَعْبُدُوآ اِلاَّ اِيَّاهُ وَ بِاْلوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا، اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ اْلكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُلْ لَّهُمَآ اُفّ وَّ لاَ تَنْهَرْ هُمَا وَ قُلْ لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيْمًا. وَ اخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَ قُلْ رَّبّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيْرًا. الاسراء:23-24 
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah "Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". [QS. Al-Israa' : 23-24

عَنْ اُمّ اْلمُؤْمِنِيْنَ عَائِشَةَ رض اَنَّهَا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ اَحَدًا كَانَ اَشْبَهَ سَمْتًا وَ هَدْيًا وَ دَلاًّ بِرَسُوْلِ اللهِ ص مِنْ فَاطِمَةَ كَرَّمَ اللهُ وَجْهَهَا. كَانَتْ اِذَا دَخَلَتْ عَلَيْهِ قَامَ اِلَيْهَا وَ اَخَذَ بِيَدِهَا فَقَبَّلَهَا وَ اَجْلَسَهَا فِى مَجْلِسِهِ وَ كَانَ اِذَا دَخَلَ عَلَيْهَا قَامَتْ اِلَيْهِ فَاَخَذَتْ بِيَدِهِ فَقَبَّلَتْهُ وَ اَجْلَسَتْهُ فِى مَجْلِسِهَا. ابو داود 4: 355 
Dari Ummul mu’minin, 'Aisyah RA, ia berkata, “Saya tidak pernah melihat seseorang yang lebih menyerupai dengan Rasulullah SAW dalam hal baiknya penyambutan dan tingkah laku daripada Fathimah Karromalloohu wajhaha. Fathimah itu apabila datang mengunjungi Nabi SAW maka Nabi SAW segera bangkit menyambutnya, memegang tangannya, lalu menciumnya dan mempersilahkan duduk di tempat duduk beliau. Begitu pula apabila Nabi SAW datang kepada Fathimah, maka Fathimah segera bangkit berdiri dari tempat duduknya, memegang tangan beliau seraya mencium Nabi SAW dan mempersilahkan duduk di tempat duduknya". [HR. Abu Dawud juz 4, hal. 355] 

Tidak boleh bakhil terhadap kedua orang tua 

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ اَنَّ رَجُلاً قَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ اِنَّ لِى مَالاً وَ وَلَدًا وَ اِنَّ اَبِى يُرِيْدُ اَنْ يَجْتَاحَ مَالِى؟ فَقَالَ: اَنْتَ وَ مَالُكَ ِلاَبِيْكَ. ابن ماجه باسناد صحيح 2: 769 
Dari Jabir bin ‘Abdullah, bahwasanya ada seorang laki-laki berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya saya mempunyai harta dan anak, sedang ayahku mengambil hartaku. Bagaimanakah sikapku ?". Rasulullah SAW bersabda, “Kamu dan hartamu itu milik ayahmu". [HR. Ibnu Majah dengan isnad shahih juz 2, hal. 769] 

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّ اَطْيَبَ مَا اَكَلْتُمْ مِنْ كَسْبِكُمْ، وَ اِنَّ اَوْلاَدَكُمْ مِنْ كَسْبِكُمْ. ابن ماجه 2: 768 
Dari ‘Aisyah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya sebaik-baik apa yang kalian makan adalah dari hasil usaha kalian. Dan sesungguhnya anak-anak kalian itu termasuk dari usaha kalian”. [HR. Ibnu Majah juz 2, hal. 768] 

عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ جَدّهِ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ اِلىَ النَّبِيّ ص فَقَالَ: اِنَّ اَبِى اجْتَاحَ مَالِى. فَقَالَ: اَنْتَ وَ مَالُكَ ِلاَبِيْكَ. وَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّ اَوْلاَدَكُمْ مِنْ اَطْيَبِ كَسْبِكُمْ فَكُلُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ. ابن ماجه 2: 769 
Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari bapaknya, dari kakeknya, ia berkata : Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW lalu berkata, “Sesungguhnya ayahku mengambil hartaku, (yang demikian itu bagaimana ya Rasulullah) ?”. Beliau SAW bersabda, “Kamu dan hartamu adalah milik ayahmu”. Dan Rasulullah SAW bersabda pula, “Sesungguhnya anak-anak kalian adalah sebaik-baik hasil usaha kalian, maka makanlah dari harta mereka”. [HR. Ibnu Majah juz 2, hal. 769] 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ اِلىَ النَّبِيّ ص يَسْتَعْدِى عَلَى وَالِدِهِ قَالَ: اِنَّهُ أَخَذَ مِنْ مَالِى؟ فَقَالَ لَهُ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَمَا عَلِمْتَ اَنَّكَ وَ مَالَكَ مِنْ كَسْبِ اَبِيْكَ. الطبرانى فى الكبير 12: 277 
Dari Ibnu 'Umar, ia berkata : Ada seorang laki-laki yang memusuhi ayahnya lalu datang kepada Nabi SAW dan berkata, “Sesungguhnya ayahku mengambil sebagian hartaku (yang demikian itu bagaimana ya Rasulullah ?)". Maka Rasulullah SAW bersabda kepadanya, “Apakah kamu tidak tahu bahwa kamu dan hartamu termasuk hasil usaha ayahmu". [HR. Thabrani di dalam Al-Kabir juz 12, hal. 277] 

عَنْ اَبِى بُرْدَةَ بْنِ نِيَارٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَفْضَلُ كَسْبِ الرَّجُلِ وَلَدُهُ وَ كُلُّ بَيْعٍ مَبْرُوْرٍ. الطبرانى فى الكبير 22: 198 
Dari Abu Burdah bin Niyaar, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Hasil karya seorang laki-laki yang paling utama adalah anaknya, dan setiap jual beli yang baik". [HR. Thabrani di dalam Al-Kabir juz 22, hal. 198] 

عَنْ عَائِشَةَ رض اَنَّ رَجُلاً اَتَى رَسُوْلَ اللهِ ص يُخَاصِمُ اَبَاهُ فِى دَيْنٍ عَلَيْهِ. فَقَالَ نَبِيُّ اللهِ ص: اَنْتَ وَ مَالُكَ ِلاَبِيْكَ. ابن حبان 1: 227 
Dari ‘Aisyah RA bahwasanya ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW mengadukan tentang ayahnya yang berhutang kepadanya. Maka Nabi Allah SAW bersabda, “Kamu dan hartamu adalah milik ayahmu”. [HR. Ibnu Hibban juz 1, hal. 227] 

سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَ بِحَمْدِكَ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ اَسْتَغْفِرُكَ وَ اَتُوْبُ اِلَيْكَ

Tren Blog

Hadits Tentang Larangan Berbuat Zina

Perintah Orang Tua Yang Tidak Boleh Ditaati

Hadits Tentang Walimah

Hadits Tentang Khitan

Shalat Sunnah Intidhar

Blog Populer

Hadits Tentang Larangan Berbuat Zina

Hadits Tentang Shalat (Kewajiban Shalat)

Hadits Tentang Khitan