Featured Post

Keluarga Bahagia dan Ikhlas Bahagia

بِسْــــــمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْم Betapa banyak orang yang kesepian di tengah hiruk pikuk keramaian bukan karena tak punya keluarga, sahabat atau handai taulan. Namun kurang baiknya hubungan dengan mereka, ada jarak, sekat hati yang memisahkan karena atas nama harga diri, ego, rasa malu ataupun individualisme yang dominan di kota-kota besar. Ada orang - orang shaleh yang namanya diabadikan dalam kitab suci. Allah memuliakan keluarga Imron dan keluarga Ibrahim, demikian pula 'ayah' Luqman bersama anak-anaknya dalam nasehat kebaikan yang terbaik.

Cara Menshalatkan Mayit

بِسْــــــمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ

Seputar Risalah Janaiz

Menshalatkan mayyit
  1. Setelah mayat dimandikan dan dikafani, agama mensyariatkan untuk menshalatkannya. Hukumnya adalah fardlu kifayah, yaitu telah mencukupi bila dilakukan oleh sebagian kaum muslimin, sedang bila tidak ada yang melakukannya, berdosalah semuanya. Hal ini boleh dilakukan dimana saja tempat-tempat yang suci, baik di rumah atau di masjid (misalnya : karena rumahnya kecil, sedang yang akan menshalatkan amat banyak dan lain-lain sebab yang dibenarkan oleh agama). Jadi bukan dengan kepercayaan, bahwa shalat jenazah di masjid itu merupakan suatu ketetapan agama yang bila tidak dilaksanakan di masjid diangap kurang sah dlsb.
  2. Menshalatkan mayyit ini dapat dilakukan secara munfarid (sendirian) maupun berjama’ah (dengan seorang imam dan yang lain menjadi ma’mum), kedua-duanya dibenarkan oleh syara’ (hukum agama).
  3. Apabila mayyit itu laki-laki, mayyit tersebut diletakan di hadapan orang-orang yang akan menshalatkannya, dan orang yang menshalatkannya (imam, bila shalat itu berjama’ah) berdiri menghadap qiblat dan searah kepala mayyit. Sedang jika mayyit itu wanita, mayyit tersebut diletakkan di hadapan orang-orang yang akan menshalatkannya, tetapi orang yang menshalatkannya (imamnya) berdiri searah pinggang (perut) mayyit.
  4. Shalat jenazah ini dilakukan dengan berdiri (setelah takbiratul ihram lalu bersedekap) tanpa memakai ruku’, sujud dan sebagainya.

Adapun pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
  1. Takbiratul ihram (takbir untuk memulai shalat)
  2. Membaca Al-Fatihah
  3. Bertakbir yang kedua kalinya
  4. Membaca shalawat atas Nabi
  5. Bertakbir yang ketiga kalinya
  6. Mendo’akan mayyit
  7. Bertakbir yang keempat kalinya
  8. Salam
Untuk lebih mudahnya, akan dicontohkan cara shalat jenazah dengan 4 kali takbir sebagai berikut :

1. Takbir pertama : Takbiratul ihram,
Allah Maha Besar اَللهُ اَكْبَرُ
Membaca ta’awwudz اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk.
Membaca Al-Fatihah :
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبّ اْلعلَمِيْنَ. اَلرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. ملِكِ يَوْمِ الدّيْنِ. اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَ اِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ. اِهْدِنَا الصّرَاطَ اْلمُسْتَقِيْمَ. صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ، غَيْرِ اْلمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَ لاَ الضَّالّيْنَ. آمِيْنَ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai hari Pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus. (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni’mat kepada mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. [QS. Al-Fatihah : 1-7] Ya Allah, kabulkanlah permohonan kami.

2. Takbir ke dua
Allah Maha Besar اَللهُ اَكْبَرُ
Membaca shalawat :
اَللّهُمَّ صَلّ عَلى مُحَمَّدٍ وَ عَلى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلى آلِ اِبْرَاهِيْمَ. وَ بَارِكْ عَلى مُحَمَّدٍ وَ عَلى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلى آلِ اِبْرَاهِيْمَ، فِى اْلعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. مسلم 1: 305
Ya Allah, berilah shalawat atas Nabi Muhammad dan atas keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi shalawat atas keluarga Nabi Ibrahim. Dan berilah berkah atas Nabi Muhammad dan atas keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi berkah atas keluarga Nabi Ibrahim. Dalam semesta alam ini, sesungguhnya Engkau adalah Tuhan Yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia. [HR. Muslim juz 1, hal. 305]

3. Takbir ke tiga.
Allah Maha Besar اَللهُ اَكْبَرُ
Membaca do’a untuk si mayyit :
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَ ارْحَمْهُ وَ اعْفُ عَنْهُ وَ عَافِهِ وَ اَكْرِمْ نُزُلَهُ وَ وَسّعْ مَدْخَلَهُ وَ اغْسِلْهُ بِمَاءٍ وَ ثَلْجٍ وَ بَرَدٍ وَ نَقّهِ مِنَ اْلخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلاَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ. وَ اَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَ اَهْلاً خَيْرًا مِنْ اَهْلِهِ وَ زَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَ قِهِ فِتْنَةَ اْلقَبْرِ وَ عَذَابَ النَّارِ. مسلم 2: 663
Ya Allah, ampunilah dia, kasihanilah dia, maafkanlah dia, berilah ‘afiat padanya dan muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah tempat masuknya, cucilah dia dengan air, salju dan air embun. Bersihkanlah dia dari dosa-dosa sebagaimana kain putih dibersihkan dari kotoran. Gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik daripada rumahnya (di dunia), gantilah keluarganya dengan keluarga yang lebih baik dari pada keluarganya, gantilah jodohnya dengan jodoh yang lebih baik daripada jodohnya (di dunia). Dan peliharalah dia dari fitnah qubur dan siksa neraka. [HR. Muslim juz 2, hal. 663]

4. Takbir ke empat.
Allah Maha Besar اَللهُ اَكْبَرُ
Membaca salam : (sambil menoleh ke kanan, ke kiri)
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ
Semoga keselamatan dicurahkan atas kamu sekalian, begitu pula rahmat Allah

Demikianlah salah satu contoh shalat jenazah.

Keterangan :
Adapun tentang takbir dalam shalat jenazah itu disertai dengan mengangkat tangan atau tidak, di sini ada dua pendapat :
1. Pendapat pertama, bahwa mengangkat tangan itu hanya pada Takbiratul Ihram saja, sedang takbir-takbir selanjutnya tidak mengangkat tangan. Mereka beralasan dengan hadits sebagai berikut:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ عَلَى اْلجَنَازَةِ فِى اَوَّلِ تَكْبِيْرَةٍ ثُمَّ لاَ يَعُوْدُ. الدارقطنى 2: 75، ضعيف لان فى اسناده الفضل بن سكن و هو مجهول
Dari Ibnu ‘Abbas bahwasanya Rasulullah SAW mengangkat kedua tangan beliau pada takbir yang pertama pada shalat jenazah, kemudian beliau tidak mengulanginya (mengangkat tangan). [HR. Daruquthni juz 2, hal. 75, dlaif karena di dalam sanadnya ada perawi bernama Al-Fadl bin Sakan, dia majhul]

Dan karena tidak ada hadits yang sah yang menerangkan bahwa Nabi SAW mengangkat tangan pada semua takbir dalam shalat jenazah.

2. Pendapat kedua, bahwa mengangkat tangan itu ada pada semua takbir shalat jenazah. Mereka beralasan dengan riwayat shahih yang diriwayatkan oleh Sa’id bin Manshur, sebagaimana kata Al-Hafidh Ibnul Hajar :

وَ قَدْ صَحَّ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّهُ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِى تَكْبِيْرَاتِ اْلجَنَازَةِ. سعيد بن منصور، فى نيل الاوطار 4: 71
Dan telah sah dari Ibnu ‘Abbas, bahwasanya beliau mengangkat kedua tangannya pada takbir-takbir shalat jenazah. [HR. Sa’id bin Manshur, dalam Nailul Authar juz 4, hal. 71]

عَنِ ابْنِ عُمَرَ اَنَّهُ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ كُلَّمَا كَبَّرَ عَلَى اْلجَنَازَةِ. الشافعى عن محمد بن عمر فى الام 1: 454
Dari Ibnu ‘Umar, bahwasanya ia mengangkat kedua tangannya pada tiap-tiap takbir shalat jenazah. [HR. Syafi’i, dari Muhammad bin ‘Umar, dalam Al-Umm juz 1, hal. 454]

Dan juga hadits sebagai berikut :

عَنِ ابْنِ عُمَرَ اَنَّ النَّبِيَّ ص كَانَ اِذَا صَلَّى عَلَى اْلجَنَازَةِ رَفَعَ يَدَيْهِ فِى كُلّ تَكْبِيْرَةٍ، وَ اِذَا انْصَرَفَ سَلَّمَ. الدارقطنى في علله
Dari Ibnu ‘Umar bahwasanya Nabi SAW apabila menshalatkan jenazah beliau mengangkat kedua tangannya pada setiap takbir. Dan apabila selesai, beliau mengucap salam. [HR. Daruquthni, dalam ‘Ilalnya]

Contoh shalat jenazah yang kami ketengahkan di atas adalah salah satu cara shalat jenazah dengan empat takbir. Dan masih ada lagi beberapa kaifiyat (cara) shalat jenazah yang lain, diantaranya :
a. Dengan lima kali takbir
b. Dengan enam kali takbir
c. Dengan tujuh kali takbir
d. Dengan membaca Al-Fatihah dan surat dengan nyaring.
Kesemuanya itu berdasar atas dalil yang kuat.

Dan begitu pula ada bermacam-macam lafadh doa untuk mayyit, yang diantaranya akan kami sebutkan di belakang nanti.

Dalil tentang takbir shalat jenazah

عَنْ جَابِرٍ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص صَلَّى عَلَى اَصْحَمَةَ النَّجَاشِيّ فَكَبَّرَ عَلَيْهِ اَرْبَعًا. البخارى 2: 91
Dari Jabir RA, bahwa Nabi SAW pernah menshalatkan Ashhamah raja Najasyi, dan beliau takbir empat kali. [HR. Bukhari juz 2, hal. 91]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص نَعَى النَّجَاشِيَّ فِى اْليَوْمِ الَّذِى مَاتَ فِيْهِ، وَ خَرَجَ بِهِمْ اِلَى اْلمُصَلَّى، فَصَفَّ بِهِمْ وَ كَبَّرَ عَلَيْهِ اَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ. البخارى 2: 91
Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW mengkhabarkan kematian raja Najasyi pada hari meninggalnya, lalu beliau keluar ke mushalla bersama orang banyak, kemudian mengatur shaff mereka dan beliau takbir 4 kali. [HR. Bukhari jus 2, hal. 91]

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: اِنْتَهَى رَسُوْلُ اللهِ ص اِلَى قَبْرٍ رَطْبٍ، فَصَلَّى عَلَيْهِ، وَ صَفُّوْا خَلْفَهُ، وَ كَبَّرَ اَرْبَعًا. مسلم 2: 658
Dari Ibnu ‘Abbas ia berkata, “Sampailah Rasulullah SAW ke sebuah quburan yang masih basah (baru) lalu beliau menshalatkannya, sedang para shahabat membuat shaff di belakangnya, dan beliau bertakbir empat kali”. [HR. Muslim juz 2, hal. 658]

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ اَبِى لَيْلَى قَالَ: كَانَ زَيْدُ بْنُ اَرْقَمَ يُكَبّرُ عَلَى جَنَائِزِنَا اَرْبَعًا وَ اِنَّهُ كَبّرَ عَلَى جَنَازَةٍ خَمْسًا، فَسَأَلْنَاهُ عَنْ ذلِكَ. فَقَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يُكَبّرُهَا. الترمذى 2: 244، و قال حديث حسن صحيح
Dari ‘Abdur Rahman bin Abi Laila, ia berkata : Biasanya Zaid bin Arqam bertakbir pada shalat jenazah dengan empat kali takbir, suatu ketika ia menshalatkan jenazah dengan bertakbir lima kali, lalu kami bertanya kepadanya tentang hal itu. Dia menjawab, “Dahulu Rasulullah SAW juga bertakbir seperti itu”. [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 244, dan ia berkata : Hadits hasan, shahih]

عَنْ حُذَيْفَةَ اَنَّهُ صَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ، فَكَبَّرَ خَمْسًا، ثُمَّ الْتَفَتَ فَقَالَ: مَا نَسِيْتُ وَ لاَ وَهِمْتُ وَ لكِنْ كَبَّرْتُ كَمَا كَبَّرَ النَّبِيُّ ص صَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ، فَكَبَّرَ خَمْسًا. احمد فى نيل الاوطار 4: 68
Dari Hudzaifah bahwa ia pernah menshalatkan jenazah, lalu ia takbir lima kali. (Setelah selesai shalat) kemudian ia menoleh, lalu berkata, “Bukannya aku lupa atau aku ragu-ragu, tetapi aku takbir sebagaimana Nabi SAW takbir, yaitu Nabi SAW pernah menshalatkan jenazah, dan beliau takbir lima kali”. [HR. Ahmad, dalam Nailul Authar juz 4, hal. 68]

عَنْ عَلِيّ اَنَّهُ كَبَّرَ عَلَى سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ سِتًّا، وَ قَالَ: اِنَّهُ شَهِدَ بَدْرًا. البخارى، فى نيل الاوطار 4: 68
Dari ‘Ali bahwa ia takbir enam kali atas (jenazahnya) Sahal bin Hunaif, dan ia berkata, “Sesungguhnya Sahal ikut dalam perang Badar”. [HR. Bukhari, dalam Nailul Authar juz 4, hal. 68]

عَنِ اْلحَكَمِ بْنِ عُتَيْبَةَ اَنَّهُ قَالَ: كَانُوْا يُكَبّرُوْنَ عَلَى اَهْلِ بَدْرٍ خَمْسًا، وَ سِتًّا وَ سَبْعًا. سعيد فى سننه، فى نيل الاوطار 4: 68
Dari Al-Hakam bin ‘Utaibah, bahwa ia berkata, “Para shahabat takbir untuk orang-orang yang ikut perang Badar 5 kali, 6 kali, dan 7 kali”. [HR. Sa’id di dalam sunannya, dalam Nailul Authar juz 4, hal. 68]

Dalil tentang bacaan dalam shalat jenazah.

عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَوْفٍ قَالَ: صَلَّيْتُ خَلْفَ ابْنِ عَبَّاسٍ عَلَى جَنَازَةٍ فَقَرَأَ بِفَاتِحَةِ اْلكِتَابِ. قَالَ لِيَعْلَمُوْا اَنَّهَا سُنَّةٌ. البخارى 2: 91
Dari Thalhah bin Abdullah bin ‘Auf, ia berkata : Saya pernah shalat jenazah di belakang Ibnu ‘Abbas, maka ia membaca Al-Fatihah. Dia berkata, “Agar mereka mengetahui bahwa yang demikian itu adalah sunnah (Nabi SAW)”. [HR. Bukhari juz 2, hal. 91]

عَنِ طَلْحَةَ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَوْفٍ اَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ صَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ فَقَرَأَ بِفَاتِحَةِ اْلكِتَابِ. فَقُلْتُ لَهُ. فَقَالَ: اِنَّهُ مِنَ السُّنَّةِ، اَوْ تَمَامِ السُّنَّةِ. الترمذى 2: 246، و قال: هذا حديث حسن صحيح
Dari Thalhah bin ‘Abdullah bin ‘Auf bahwasanya Ibnu ‘Abbas pernah menshalatkan jenazah, dan ia membaca Al-Fatihah. Lalu aku bertanya kepadanya. Lalu ia menjawab, “Yang demikian itu adalah termasuk sunnah, atau kesempurnaan Sunnah”. [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 246, dan ia mengatakan : Ini hadits hasan shahih]

عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَوْفٍ قَالَ: صَلَّيْتُ خَلْفَ ابْنِ عَبَّاسٍ عَلَى جَنَازَةٍ فَقَرَأَ بِفَاتِحَةِ اْلكِتَابِ وَ سُوْرَةٍ وَ جَهَرَ حَتَّى اَسْمَعَنَا. فَلَمَّا فَرَغَ اَخَذْتُ بِيَدَيْهِ فَسَأَلْتُهُ، فَقَالَ: سُنَّةٌ وَ حَقٌّ. النسائى 4: 74
Dari Thalhah bin ‘Abdullah bin ‘Auf, ia berkata, “Saya pernah shalat jenazah di belakang Ibnu ‘Abbas, lalu Ibnu ’Abbas membaca Al-Fatihah dan satu surat, serta mengeraskan bacaannya sehingga terdengar oleh kami. Kemudian setelah selesai (shalat), saya pegang tangannya lalu saya bertanya kepadanya. Ia menjawab, “Ini adalah sunnah (Nabi SAW) dan benar”. [HR. Nasaiy juz 4, hal. 74]

عَنْ اَبِى اُمَامَةَ بْنِ سَهْلٍ اَنَّهُ اَخْبَرَهُ رَجُلٌ مِنْ اَصْحَابِ النَّبِيّ ص اَنَّ السُّنَّةَ فِى الصَّلاَةِ عَلَى اْلجَنَازَةِ اَنْ يُكَبّرَ اْلاِمَامُ، ثُمَّ يَقْرَأُ بِفَاتِحَةِ اْلكِتَابِ بَعْدَ التَّكْبِيْرَةِ اْلاُوْلَى سِرًّا فِى نَفْسِهِ، ثُمَّ يُصَلّى عَلَى النَّبِيّ ص، وَ يُخْلِصُ الدُّعَاءَ لِلْجَنَازَةِ فِى التَّكْبِيْرَاتِ، وَ لاَ يَقْرَأُ فِى شَيْءٍ مِنْهُنَّ. ثُمَّ يُسَلّمُ سِرًّا فِى نَفْسِهِ. الشافعى فى مسنده، فى نيل الاوطار 4: 68
Dari Abu Umamah bin Sahal bahwa ia diberitahu oleh seorang laki-laki dari shahabat Nabi SAW, bahwa menurut sunnah Nabi SAW tentang shalat jenazah, mula-mula imam takbir, kemudian membaca Al-Fatihah dengan suara pelan sesudah takbir pertama, lalu membaca shalawat atas Nabi SAW, kemudian berdoa dengan ikhlash untuk jenazah dalam takbir-takbir, dan tidak membaca (ayat) sedikitpun diantara takbir-takbir itu, kemudian salam dengan suara pelan. [HR. Asy-Syafi’i dalam musnadnya, dalam Nailul Authar juz 4, hal. 68]


سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَ بِحَمْدِكَ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ اَسْتَغْفِرُكَ وَ اَتُوْبُ اِلَيْكَ

Tren Blog

Hadits Tentang Khitan

Fadlilah Dzikir Laa Ilaaha Illallaah

Shalat Sunnah Intidhar

Hadits Tentang Shalat Idul Fithri Dan Idul Adlha

Hadits Tentang Walimah

Blog Populer

Hadits Tentang Larangan Berbuat Zina

Hadits Tentang Shalat (Kewajiban Shalat)

Hadits Tentang Khitan